Apakah Catatan Sejarah Kita Elitis? - @JalinID | Endgame #189

139,114
0
Published 2024-06-26
Budaya bukan sekadar dapat dipahami secara rekonstruktif, tetapi juga proyektif. Artinya, interpretasi yang kita lakukan tidak hanya bisa mengungkap makna ekspresi budaya tersebut di masa lampau. Akan tetapi, juga bisa kita refleksikan makna dan kebijaksanannya bagi hari ini dan esok. Seakan-akan, kebudayaan tersebut hidup kembali di hadapan kita.

Begitu juga spirit dari percakapan kali ini. Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristekdikti, Hilmar Farid, mengajak kita untuk menilik kembali jati diri Indonesia sebagai bangsa yang bukan sekadar ‘merayakan’ keberagaman dan kompleksitas, tetapi juga ulung dalam mengelolanya. Beliau juga memantik kita untuk becermin dan bertindak—apakah hari ini kita sudah berlenggang dengan jati diri tersebut, atau jangan-jangan kita malah berjalan menjauhinya.

#GitaWirjawan #Endgame #HilmarFarid

---------------------
Kunjungi siniar Kultur Wawas milik Pak Hilmar:
‪@JalinID‬

---------------------
Dapatkan buku Hilmar Farid, “Perang Suara: Bahasa dan Politik Pergerakan” di sini:
komunitasbambu.id/product/perang-suara-bahasa-dan-…

---------------------
Catatan dari episode ini:
sgpp.me/eps189notes

---------------------
Kunjungi dan subscribe:
‪@Endgame_Clips‬
‪@SGPPIndonesia‬

---------------------
Bagian
0:01:33 - Masa kecil dan pengaruhnya pada Hilmar hari ini
0:11:29 - Budaya Indonesia sejati: Cakap merawat kompleksitas
0:17:08 - Obat amnesia historis: Relevansi
0:20:55 - Belajar dari perancang dan pembangun Borobudur
0:32:12 - Budaya baca dan budaya perfeksionisme Korea Selatan
0:44:07 - Budaya konfrontasi vs perfeksionisme
0:55:10 - Peran swasta, sains, dan teknologi dalam memajukan budaya
1:06:13 - Cagar Budaya Muarajambi
1:08:31 - Pendidikan, geopolitik, peradaban klasik
1:14:50 - Membangun kembali budaya: Top-down atau bottom-up?
1:24:24 - Endgame kita: Budaya sebagai pijakan pembangunan

All Comments (21)
  • @gwirjawan
    “Segala warisan dari nenek moyangmu, raihlah kembali dengan usahamu jika engkau ingin benar-benar memilikinya.” —Goethe Terima kasih, teman-teman, sudah menyimak. Siapa pemikir/sejarawan/budayawan berikutnya yang perlu kami undang?
  • Terpujilah bung Fay dan Pak Gita, ikut mencerahkan Anak Bangsa. Rahayu.
  • @certainstar
    saya rasa notion mengenai menciptakan storyteller harus lebih dari sekadar memperbanyak english speaker di Indonesia, tetapi “english speaker yang berbudaya indonesia”. karena sbg remaja yg tinggal di jabodetabek, hampir semua teman” saya bisa berbahasa inggris dan banyak yg sangat fasih. tp common problemnya adalah, mereka yg fasih berbahasa inggris ini biasanya kurang ‘berbudaya indonesia’. sehingga ketika berkomunikasi tdk bisa dijadikan representasi indonesia. teman” saya menjadi fasih berbahasa inggris krn sering terekspos dgn media dari luar. game, film, kartun, hingga postingan media sosial. otomatis budaya” luar ini jg yg ‘fasih’ dilakukan teman” saya. jadi, saya rasa pemerintah perlu segera memfasilitasi pembelajaran bahasa inggris di indonesia. biar bahasa internasional ini bisa dipelajari dgn kearifan lokal.
  • bapak hilmar farid ini lah yang seharusnya jadi mendikbud, karena memang beliau sangat capable terhadap kebudayaan dan pendidikan.. bkn mas-mas gojek itu yg giveaway karena mendukung pak lurah. tapi semoga pak hilmar akan terus membantu dalam proses pembangunan kebudayaan indonesia pak. tabik!
  • @anezsiregar9584
    Baru tadi siang saya berkesempatan menonton bapak ini di channel Narasi-nya Mbak Najwa Shihab soal komplek candi Muaro Jambi, dan kebetulan sekali malam ini beliau ada di channel-nya Pak Gita.
  • @bennydaton
    Pak Gita seolah menyampaikan pesan tersembunyi, kemampuan berbahasa inggris yang baik sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa Indonesia yang juga baik. :))
  • Ad yg menarik kritiknya Byung-Chul Han (filsuf Korea kontemporer) dimana ada perubahan masyarakat yg memiliki kultur disiplin berubah menjadi kultur prestasi yg berlomba2 utk menghasilkan kesuksesan. Intinya ada pergeseran nilai pada generasi modern di setiap negara dikarenakan faktor globalisasi dan mimpi untuk "sukses".
  • @nonaEmiliana9
    Selalu senang dengan pertanyaan pembukanya "masa kecil dengan pendidikan IBU dan AYAH" beserta lingkungan🌻sekitar.
  • @user-ro4tz9vy9j
    Segala hal hasil budaya yg berkualitas tidak terlepas dari pola pikir serta pola kerja yg idealis dan perfeksionis. Hal hal yg spektakuler yg ada di dunia ini adalah wujud nyata dari idealis dan perfeksionis. Apa pun itu. Membangun jati diri bangsa yg berkualitas berarti menumbuhkembangkan suatu budaya hidup yg dilandasi moral dan integritas dalam segala aspek. Itu adalah hal mendasar yg dibutuhkan negeri ini untuk bergerak secara dinamis dengan akselerasi yg optimal. Edealis dan perfeksionis bukan berarti tdk memiliki keterbatasan namun seiring dengan proses segala keterbatasan dan kendala itu tentunya bisa diatasi dengan keuletan serta kesabaran kesabaran. Tingginya kualitas suatu hal sangat berbanding lurus dengan kadar rasa idealis dan perfeksionis yg ditopang oleh skill di dalamnya baik dari faktor internal maupun eksternal. 😊😊🙏🙏 Terima kasih
  • @Zackindo
    Setiap kali dengar podcast pak gita,kalo bahas tentang guru di indonesia gak tau aja rasanyaa pengen deh suatu hari di indonesia gurunya dihargai kayak negara lain, misalnya di finlandia yg dimana pendidikan nya sangat maju sekali disana, kita bisa liat orang2 disana sangat menghargai sekali atau bahkan memuji dari orang2 yg berprofesi guru ini tadi, karena disana mereka itu sadar kalo guru inilah harapan dari maju atau tidak majunya masyarakat atau bahkan negara nya, tapi di indonesia sangat miris sekali bahkan di negara kita bisa kita liat murid2 sudah ada yang berani melawan guru atau bahkan berkelahi dengan guru, sangat miria sekali..
  • setuju bgt dialog kedua tokoh yg luar biasa, Pak Gita bicara ttg STEM dgn Pak Hilmar yang basically Social, keunggulan STEM Korea betul bgt bs dilawan dgn keunggulan kita di PANGAN, sedihnya di negeri ini petani jd pekerjaan yg miris bnyk petani berharap anaknya bs sekolah dan hanya sekedar jadi karyawan, pdhal di amrik pangan luar biasa, dan emg btul teknologi harus dikembangin, kita jangan teknologi pangan yg mewah yg biasa macem traktor aja dikorupsi proyeknya
  • 54:41 Semoga Indonesia bisa bikin film yang mengaitkan ciri khasnya mulai dari berbagai bahasa daerah"nya, berbagai jenis makanannya, temuan"nya dan toleransi antar umat beragamanya.
  • Terima kasih pagi telah mendatangkan nara sumber yg pahan pemikiran budaya sejarah yg cedas semoga sukses untuk anda berdua menambah imu kuliah tambah memahami 🙏🙏👍👍
  • @melatiputih2646
    Kita punya pedoman Pancagatra (IPOLEKSOSBUDHANKAM), pelajaran paling awal saat masuk Lemhannas. Tetapi dalam prakteknya penggarapannya hanya dominan di bidang politik, politik dan politik. Segala sesuatunya, ujung-ujungnya disangkut-pautkan dengan kepentingan politik, keuntungan politik, yang sifatnya sangat short-term. Sementara di sektor SOSBUD (yang cenderung lebih bersifat long-term), masih sangat minim penggarapannya. Padahal kekuatan soft-power nya bagi kepentingan nasional justru sangat powerful sebagai daya tawar dalam berdiplomasi di dunia internasional!
  • @AlwiSetiawan
    6:41 Orang-orang di luar pulau Jawa memang tak banyak sukses di dunia politik, tapi banyak yang sukses dan jadi orang besar lewat jalur lain.
  • @s3nganggur
    JATI DIRI (mengetahui keunggulan dan kelemahan kita)....sehingga kita fokusa untuk ngembangin keunggulan....agar menjadi ahli sehingga mendapatkan nilai penghargaan yang tinggi secara ekonomi sehingga kita sejahtera
  • @carlajune5428
    Kalau kita bisa mengdangdutkan dunia, kenapa tidak pak. Hal ini terpikirkan oleh saya juga. Kalau ini jadi hal yang akan meningkatkan percaya diri dan jati diri, kenapa tdk dilakukan.
  • @saptavilles8062
    ngomongin sejarah coba undang Sinta Ridwan Pak Gita, beliau budayawan dan sejarawan perempuan yang mendalami aksara-aksara sejarah atau filologi, nusantara
  • sejarah itu sangat penting untuk perbaikan kehidupan di masa yang akan datang
  • Dengan era digialtalisasi, kreatifitas dan nilai-nilai budaya oleh beberapa orang sudah dianggap kuno dan terlupakan Mari bersama kolaborasikan kearifan budaya bangsa dengan digital modern dimana kebijaksanaan dan kreatifitas yang menjadi warisan dari nenek moyang dapat dilestarikan dan dikembangkan di era digital 🙏🏻